Akbar-Iang-Ayu-Ayub-Ardi |
Senin malam, 2 September 2013 Ardi, Ayub, Akbar, Ayu, dan Iang sampai juga di
Ranu Pane, pintu gerbang pendakian Gunung Semeru. Setelah 4 hari berpetualang
di gunung Semeru, akhirnya kami sampai juga di garis finish, titik semua
perjalanan maha besar ke Mahameru berakhir. Capek, pegal, bercampur dengan rasa
puas dan bangga menyatu menjadi satu. Setelah berjuang melawan panasnya
sengatan matahari di Oro-Oro Ombo, dinginnya udara Arcopodo, serta beratnya
summit attack Mahameru, akhirnya kami sukses untuk membawa sebait cerita dari Sumeru
untuk teman-teman maupun si calon #ups. Sekitar pukul 19.30 kami menyelesaikan
perijinan dan langsung makan malam di warung sekitar pos registrasi pendakian
Gunung Semeru. Setelah itu kami langsung pergi ke masjid untuk menunaikan
Ibadah Maghrib dan Isya.
Kalau
pergi ke Semeru, tentunya tak lengkap jika tidak mampir ke Gunung Bromo. Sambil
beristirahat di masjid Ranu Pane, kami berdiskusi untuk rencana ke Gunung Bromo
esok pagi. Akhirnya kami mencoba untuk menawar sebuah jeep tertutup yang stand by di area parkir Ranu Pane.
Setelah negosiasi yang alot, akhirnya kami sepakat untuk menyewa jeep ke Bromo
sekaligus mengantar kami sampai ke Pasar Tumpang dengan harga 850.000. Selain
itu, kami juga dipersilahkan oleh bapak pemilik jeep untuk tidur di salah satu
rumah. Alhamdulillah, akhirnya kami dapat tempat untuk tidur malam itu.
Adzan
Subuh berkumandang ditengah dinginnya udara Ranu Pane. Kami tak perlu menunggu
lama, langsung packing dan bersiap untuk pergi Ke Gunung Bromo. Sinar matahari
mulai mengintip dari ufuk timur menemani perjalanan baru kami, the next destination Gunung Bromo.
Sepanjang perjalanan, mata kami tak mau untuk berkedip, rasanya tak rela
melewatkan sedetikpun menikmati keindahan alam Bukit Teletubies yang membentang
sepanjang jalan menuju Gunung Bromo. Ditambah dengan lautan pasir disepanjang
jalan menambah ke eksotisan alam Gunung Bromo.. Tak perlulah jauh-jauh ke Mesir
ataupun Aljazair untuk melihat berjuta-juta tumpukan pasir, kalian hanya perlu
pergi ke kawasan Gunung Bromo, Indonesia.
Perjalanan menuju Kawah |
Setelah
menempuh 1 jam perjalanan dari Ranu Pane, akhirnya kami sampai juga di kawasan
wisata Gunung Bromo. Hamparan padang pasir khas Gunung Bromo menyapa kami
dengan ramah pagi itu. Langit biru dengan sinar hangat matahari pagi yang
mengusir suhu dingin khas udara Gunung menemani kami menikmati keidahan alam
yang disajikan Gunung Bromo. Tak hanya dikenal dikalangan wisatawan domestik,
dunia internasionalpun mengakui pesona alam yang disajikan oleh Gunung Bromo. Sun rise yang mempesona dapat anda saksikan
dari tempat yang dinamakan Penanjakan. Tapi sayang seribu sayang, karena
masalah budget, kami tak mengunjungi
tempat tersebut. Kami hanya berkunjung ke kawah gunung Bromo saja.
Pura di Bromo |
Puluhan
kuda langsung menyerbu kami seketika tatkala kami turun dari Jeep. Mereka
menawarkan jasa tunggangan sampai tangga menuju kawah Gunung Bromo. Memang kuda
merupakan salah satu daya tarik tersendiri disini. Dengan membayar 100.000
rupiah kita bisa menikmati perjalanan menuju kawah Gunung Bromo yang berjarak
sekitar 1km. Tetapi karena masalah kantong, kami memilih untuk berjalan kaki di
tengah lautan pasir Bromo. Di tengah perjalanan menuju kawah, kami melewati
sebuah pura. Di sekitar puncak Gunung
Bromo memang terdapat sebuah pura yang lumayan besar yang sangat terkenal.
Biasanya penduduk sekitar melakukan ibadah ataupun ritual-ritual tertentu
disini.
Tangga Menuju Kawah |
Setelah
berjalan selama kurang lebih 45 menit, kami akhirnya sampai juga di depan
tangga yang mengantarkan kami ke depan kawah Gunung Bromo. Jangan sekali-kali
putus asa ketika melihat tangga tersebut. Memang tangga tersebut sering membuat
orang-orang putus asa, dan tak berminat untuk menaikinya. Tetapi, usaha anda
mendaki tangga tersebut terbayar lunas ketika anga sampai di bibir kawah Gunung
Bromo. Area bibir kawah memang tak begitu luas, hanya jalan setapak dengan
lebar sekitar 2 meter yang mengelilingi kawah menganga yang dalam. Ketika itu
memang bukan merupakan hari-hari libur nasional, jadinya kondisi Gunung Bromo
tak terlalu ramai. Kami pun bisa menikmati indahnya pesona alam Gunung Bromo
dalam kondisi yang nyaman tanpa banyak gangguan, terutama keramaian.
Kawah Gunung Bromo |
Tak
terasa matahari beranjak naik semakin tinggi. Panas menyengat sinar matahai
mulai terasa ditengah hamparan luas lautan pasir. Kamipun bergegas untuk
kembali menuju ke mobil Jeep dan segera untuk melanjutkan perjalanan pulang
menuju Pasar Tumpang, Malang.