Panitia PDT STIS 2014 |
Tak
perlu jauh berjalan ke ujung timur Indonesia untuk menemui wilayah minim akan
fasilitas publik. Tak perlu jauh menyusuri lebatnya hutan pedalaman untuk
mendapati sebuah wilayah yang tertinggal. Cukup di kabupaten Bogor, Jawa Barat
kita dapat menemui sebuah desa yang minim fasilitas publik dan bisa dikatakan sebuah
desa yang tertinggal. Kampung Sinar Lari, Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamakmur,
Kabupaten Bogor merupakan salah satu kampung yang masyarakatnya sangat
membutuhkan bantuan baik itu berupa sarana sanitasi, kesehatan, pendidikan, dan
sarana umum lainnya. Jauh dari pusat kota ditambah dengan akses jalan yang
rusak parah membuat kapung ini bisa dikatakan terisolasi. Butuh waktu sekitar 1
jam 15 menit dari jalan raya Bogor-Cipanas untuk menuju desa ini. Ban bocor
ataupun motor mogok sudah menjadi bumbu penyedap perjalanan menuju desa ini.
Tanggal
2 sampai 4 Oktober 2014, puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang
bergerak dalam panitia Pembangunan Desa Tertinggal (PDT) menyambangi desa Sukawangi
guna memberikan bantuan sosial berupa pengobatan gratis, pembagian sembako,
pembuatan perpustakaan mini, dan sosialisasi kesehatan. Antusiasme warga
terhadap kegiatan ini sungguh luar biasa. Sambutan hangat dari tokoh dan
masyarakat setempat terhadap rombongan panitia membuat kegiatan ini terasa
lebih nyaman dalam pelaksanaannya. Ratusan warga desa berbondong-bondong menghadiri
setiap kegiatan yang di selenggarakan. Pada hari Jumat, 3 Oktober 2014 panitia
mengadakan pelayanan pengobatan gratis yang dibantu oleh BSMI (Bulan Sabit
Merah Indonesia). Ratusan warga yang didominasi oleh manula rela
berpanas-panasan berkumpul didepan rumah bapak Okta, tempat dimana pengobatan
gratis diadakan. Meskipun dalam pengumuman pengobatan gratis dimulai pukul
08.00, warga sudah berbondong-bondong mendatangi lokasi pukul 07.00. Ekonomi
warga yang dibawah rata-rata dan fasilitas kesehatan minim adalah faktor yang
membuat warga sangat antusias terhadap program ini. Tak sedikit kami temui warga
yang menderita penyakit keras nyaris tidak bisa berjalan sendiri turut serta
berobat gratis. Penyakit kulit juga sering dijumpai. Hal ini dikarenakan masih
minimnya pengetahuan tentang pentingnya kebersihan lingkungan.
Pengobatan Gratis |
Sabtu,
4 Oktober 2014, sekali lagi warga berbondong-bondong menuju base-camp kami di kompleks
rumah bapak Okta untuk menghadiri sosialisasi kesehatan, program pembedayaan
ibu rumah tangga dan pengambilan sumbangan berupa paket sembako. Kegiatan
sosialisasi kesehatan dan pemberdayaan ibu rumah tangga sasarannya adalah
wanita usia produktif. Program pemberdayaan ibu rumah tangga ini dikemas dalam
bentuk pelatihan pembuatan kripik singkong yang berkualitas sehingga mampu
dijual dipasaran. Dengan dibekali pengetahuan tentang proses pembuatan kripik
singkong yang baik dan higinis. Diharapkan ibu-ibu disini mampu untuk
memproduksi kripik singkong berkualitas sehingga akan laku dipasaran. Selain
itu panitia juga memberikan sebuah alat pemotong singkong yang tentunya berguna
untuk menggenjot produksi keripik singkong dari masyarakat.
Sosialisasi Kesehatan |
Selepas
acara sosialisasi kesehatan dan pemberdayaan ibu rumah tangga, warga bergegas
merapat ke halaman rumah bapak Okta guna mengambil paket sembako. Meski jumlahnya
tak seberapa, tetapi setidaknya bantuan tersebut dapat membantu warga memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Meski harus berjalan beberapa kilometer, warga tetap
antusias datang untuk mengambil jatah sembako. Sebelum kegiatan ini di
laksanakan, ketua-ketua RT setempat diberi beberapa kupon yang nantinya akan dibagikan
kepada warganya yang membutuhkan.
Pembagian Sembako |
Senyum
bahagia tersungging di setiap wajah dari mereka setelah mendapatkan bantuan
sembako. Tak hanya itu, mereka juga sangat berterimakasih atas kehadiran kami
yang bisa membuat desa mereka menjadi lebih hidup. Menjadi manusia yang berguna
dan bermanfaat bagi sesamanya adalah sumber kebahagiaan yang hakiki. Hidup
sebagai makhluk sosial tentunya membuat kita harus saling menolong satu sama
lain. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang berbeda-beda, ada yang kaya dan
ada yang miskin. Yang kaya seharusnya membantu yang miskin. Dan yang miskin
tentunya harus berusaha untuk bangun dari kemiskinan yang menjeratnya.