CATATAN PERJALANAN GUNUNG SEMERU

December 22, 2013

Mahameru, 1 September 2013




         Rabu, 28 Agustus 2013 pukul 11.00  siang, kami ber 5 (Ardi, Ayub, Akbar, Ayu, dan Iang) berkumpul di halte trans jakarta Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur. Disinilah titik awal dimulainya sebuah perjalanan besar yang mungkin takkan terlupakan sampai kami tua nanti, perjalanan ke Mahameru. Tujuan pertama kami adalah stasiun Pasar Senen. Kami menggunakan jasa kereta api Matarmaja untuk mencapai kota Malang, Jawa Timur. Selain karena murah, menggunakan kereta juga relative lebih aman dan mudah daripada naik bus. Waktu itu tiket kereta Matarmaja belum disubsidi oleh pemerintah, sehingga kami harus membayar tiket sebesar 130.000 per orang. Pukul 13.15 kereta mulai bergerak menuju Malang. Sekitar 16 jam harus kami lalui dengan hanya duduk di dalam kereta. Jenuh, pegal, lapar menjadi teman kami selama perjalanan. Tak apalah, yang penting kami bisa tiba di Malang dengan selamat.

          Perjalanan dengan pesona hamparan sawah padi yang amat luas terhampar di bumi Jawa Barat. Sesampainya di Cirebon kami di suguhkan pemandangan gunung tertinggi Jawa Barat, yaitu gunung Ceremai. Dari dalam kereta kami bisa menikmati pemandangan hamparan sawah dengan background gunung Ceremai yang gagah menjulang di saat langit mengeluarkan lembayungnya.

        Berjam-jam sudah kami duduk di dalam kereta. Lapar, pegal dan bosan sudah mengganggu kenyamanan perjalanan kami. Kami sampai di sekitar Semarang sekitar pukul 21.30. Karena sudah menderita lapar tingkat akut, akhirnya kami beli makanan dari pedagang asongan yang tetap nekat masuk kereta meskipun ada larangan pedagang asongan jualan di kereta. Setelah perut terisi kami mencoba untuk tidur, meskipun ada beberapa teman yang gak bisa tidur karena baru pertama kali naik kereta #uppss. Akhirnya di pagi yang gak begitu cerah, sekitar pukul 08.00 kami tiba di setasiun Kota Baru Malang dengan selamat dan badan yang pegal-pegal. Tak disangka-sangka. ternyata banyak juga rombongan pendaki yang turun dari kereta Matarmaja, ada yang dari Jakarta, Bogor, dll.
            Dari setasiun Kota Baru kami langsung mencari carteran angkot yang akan membawa kami ke Pasar Tumpang. Dengan membayar 100.000 mobil carteran tersebut akan membawa kita ke pasar Tumpang yang bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 1 jam perjalanan. Pasar Tumpang merupakan pintu awal dari proses perjalanan ke Mahameru. Di sini kami bikin surat keterangan sehat di pukesmas yang letaknya tak jauh dari pasar Tumpang. Kalau kalian gak tau tempatnya santai aja, entar mas-mas sopir mobil tau kok tempatnya. Dengan membayar Rp 6000,00 surat keterangan sehat sudah ada di tangan kami. Setelah selesai mengurus surat keterangan sehat, kami meneruskan sedikit lagi perjalanan untuk sampai di basecamp pasar Tumpang. Setelah 10 menit perjalanan dari puskesmas akhirnya kami sampai juga di basecamp. Disana ternyata sudah ada beberapa rombongan pendaki baik itu yang udah mau pulang maupun yang mau berangkat naik ke Semeru seperti kami.

          Di basecamp pasar Tumpang, kami melengkapi bekal pendakian yang belum kami beli, seperti buah-buahan, air mineral, snack, dan sayuran buat masak nanti. Setelah semua rombongan pendaki siap untuk diberangkatkan, kami segera naik truk yang akan membawa kami ke pintu gerbang pendakian gunung Semeru, Ranu Pane. Tepat pukul 11.15 kami mulai perjalanan ke Ranu Pane, butuh waktu sekitar 2 jam dengan medan yang cukup ekstrim untuk sampai disana. Pemandangan yang kami lewati saat menuju Ranu Pane sungguh luar biasa hebat. Setelah kami melewati pintu gerbang Taman Nasional Gunung Bromo Tengger Semeru kami di suguhkan oleh pemandangan elok hamparan luas bukit-bikit seperti yang sering kita lihat di Teletubies. Selain itu puncak Mahameru juga sesekali kami lihat kegagahannya yang tentunya semakin membuat kami tak sabar untuk menapakkan kaki kami di puncak tertinggi pulau Jawa. Biaya transport untuk menuju Ranu Pane pake truk ini cukup murah dibandingkan dengan menggunakan jeep, yaitu Rp 35.000,00.
Ranu Pane
             Akhirnya sekitar pukul 13.50 kami tiba di Ranu Pane. Karena lapar yang tak tertahankan, kami memutuskan untuk mencari tempat makan di sekitar Ranu Pane. Ternyata di sini banyak terdapat warung maupun tempat makan yang harganya cukup terjangkau bagi para backpacker. Setelah selesai makan kami langsung bergegas untuk menunaikan sholat jamak qosor Dzuhur dan Asar di masjid dekat Ranu Pane. Di masjid ini kami juga bisa merebahkan sejenak badan kami yang pegal-pegal setelah beberapa lama melakukan perjalanan yang teramat jauh. Sekitar pukul 15.00 kami mulai perjalanan menuju tempat registrasi pendakian gunung Semeru yang dapat kita temui setelah berjalan 15 menit dari masjid ke selatan. Biaya registrasi untuk tiap orang sebesar Rp 10.000, tiap satu tenda Rp 10.000, tiap satu kamera digital Rp 10.000. Kebetulan ketika kami mau melakukan pendakian, peraturan baru pendakian gunung Semeru belum di terapkan. Untunglah kami hehehehe.

Gapura Selamat Datang Para Pendaki Semeru


           Setelah semua perijinan selesai, kami langsung memulai perjalanan yang kelak tak terlupakan dalam hidup kami, perjalanan 5 pemuda-pemudi menuju puncak Mahameru. Jalur yang kami lewati setelah pos registrasi adalah jalur beraspal yang mengantar kami menuju gapura “selamat datang para pendaki gunung Semeru”. Setelah gapura selamat datang, jalur menanjak yang lumayan panjang harus kami lalui. Setelah berjalan kurang lebih setengah jam, kami akhirnya sampai di Landengan Dowo yang berjarak 3 km dari Ranu Pane. Tak pelu lama-lama kami istirahat di pos ini mengingat hari sudah semakin sore dan perjalanan kami masih cukup jauh. Jalur selanjutnya yang kami lalui setelah pos Landengan Dowo adalah jalur datar yang melipir di samping-samping bukit. Hutan yang lebat di kanan-kiri jalur pendakian membuat nuansa alam gunung Semeru terasa banget menemani perjalanan kami. Jarak antara pos 1 Landengan Dowo menuju pos 2 Watu Rejeng lumayan lama, yaitu sekitar 1 jam. Saat itu waktu menunjukkan pukul 17.30 ketika kami sampai di pos 2 Watu Rejeng. Hari sudah semakin gelap dan kami baru mencapai separuh dari perjalanan untuk mencapai Ranu Kumbolo. Kami istirahat sejenak, makan snek sambil menunggu waktu maghrib. Pukul 18.00 kami melanjutkan perjalanan menuju pos 3 yang gak ada namanya #mungkin. Jalan menuju pos 3 masih seperti jalur menuju pos 2, melipir-melipir di samping bukit. Kurang lebih pukul 18.45 kami sampai di pos 3. Setelah pos 3 jalur pendakian mulai menanjak tetapi tak begitu pangjang tanjakannya. Setelah 4 jam perjalanan dari Ranu Pane, akhirnya perjuangan kami terbayar dengan pemandangan yang amat menawan Ranu Kumbolo. Pesona Ranu Kombolo di malam hari kami nikmati dengan ditemani oleh rintik gerimis yang membasahi tubuh kami. Sungguh menawan. Gelombang-gelombang kecil yang memantulkan cahaya malam dan dikelilingi oleh cahaya-cahaya senter yang berasal dari dalam tenda membuat pemandangan malam itu di Ranu Kumbolo terasa begitu mempesona.



Pos 2 Landengan Dowo

Jalan menurun yang curam harus kami lalui ketika kami hampir sampai di bibir Ranu Kumbolo. Di bibiran atau tepi Ranu Kumbolo merupakan nge-camp favorit bagi para pendaki. Selain tempatnya yang datar dan luas, kami juga mudah untuk mencari air. Tetapi tempat yang sebenarnya paling bagus buat nge-camp berada di seberang bukit depan kami, tempat dimana belakangnya ada Tanjakan Cinta dan kita bisa melihat sun rise dari tempat itu. Dengan kondisi kami yang udah capek, malam yang semakin larut, dan ditambah dengan hujan yang mulai agak lebat membuat kami memutuskan nge-camp di lokasi ini. Waktu menunjukkan pukul 20.45 tenda kami sudah berdiri dan kami mulai untuk memasak buat makan malam kami. Makan malam yang sangat berkesan, makan malam di pinggir Ranu Kumbolo besama kawan-kawan di tengah hujan rintik-rintik di luar. Akhirnya pukul 22.00 kami berlima terlelap tidur, berharap esok akan menjadi hari yang indah juga seperti hari ini.

Sun Rise di Ranu Kumbolo

Suatu pagi di Ranu Kumbolo

Sabtu, 31 Agustus 2013, pagi yang cerah di Ranu Kumbolo dengan langit yang bersih membiru dan udara dingin yang menusuk tulang menyapa padi hari kami. Sesi foto-fotopun tak terelakkan di pagi itu, foto dengan background pesona Ranu Kumbolo memang menjadi primadona setiap orang. Setelah puas foto-foto, kami pun segera menyiapkan sarapan pagi. Hari yang panjang akan kami lalui, perjalanan yang panjang dari Ranu Kumbolo sampai Arcopodo akan kami jalani pada hari itu. Sarapan dengan menu sederhana ala kadarnya menjadi sumber energy untuk menjalani hari itu.

Pukul 10.30 kami memulai perjalanan dari Ranu Kumbolo menuju Arcopodo. Jalur pertama yang kami lalui adalah menyusuri pinggiran Ranu Kumbolo dengan melipir di pinggiran bukit. Keindahan yang tiada tara kami dapatkan dari ketinggian ini. Memandang luasnya biru air Ranu Kumbolo. Setelah itu, Tanjakan Cinta menyapa kami dengan trek yang menanjak tanpa ada bonus sepanjang kurang lebih 200 meter. Jika anda berjalan tanpa berhenti dengan kecepatan berjalan normal, anda akan mencapai puncak tanjakan cinta hanya dengan waktu 4 menit. Akan tetapi waktu untuk melewati Tanjakan Cinta bisa mencapai lebih dari 10 menit jika anda sedikit-sedikit berhenti. Tanjakan Cinta ini memang cukup berat untuk di lalui, tetapi jika anda menikmatinya akan terasa ringan. Sesampai di puncaknya anda bisa menyaksikan area Ranu Kumbolo yang sangat luas dan anda sangat merugi jika tidak mengabadikannya dikamera anda.
Tanjakan Cinta
Semeru memang menyimpan sejuta pesona buat para anak manusia yang selalu mensyukuri akan nikmat dan anugrah-Nya. Tak jauh dari Tanjakan Cinta, kamipun sampai di Oro-Oro Ombo. Daerah ini merupakan padang yang luas dan mempunyai tanaman yang memiliki bunga yang mengagumkan, berwarna ungu myang mempesona. Sayang beribu sayang, saat kami kesana, bunganya belum mekar karena masih musim kemarau. Jadi kalau kalian mau menikmati keindahan Oro-Oro Ombo, datanglah ketika hujan sudah turun di Semeru.

Setelah melewati Oro-Oro Ombo, pukul 11. 35 sampailah kita di pos Cemoro Kandang. Tempat ini sangatlah cocok untuk beristirahat sejenak seteah kita ngos-ngosan dan berpansa-panasan melewati Tanjakan Cinta dan Oro-Oro Ombo yang begitu luas. Setelah tenaga dan nafas kami kembali normal, kami segera melanjutkan perjalanan. Jalur yang kami lewati setelah Cemoro Kandang tak begitu sulit, tak ada tanjakan dan haling-rintangan yang berarti, tetapi tetap waspada dan jangan sombong.


Pos Cemoro Kandang


Setelah berjalan kurang lebih 2 jam dari Cemoro Kandang, akhirnya pukul 13.47 kami sampai pos Jambangan. Dari pos Jambangan puncak Mahameru sudah terlihat gagah merdiri di depan kepala kami. Pemandangan yang sangat mengagumkan, dan membuat semangat kami berkobar lebih dahsyat untuk menapaki puncak Mahameru. Pos Jambangan adalah pos terakhir sebelum kami sampai di pos Kalimati. Butuh waktu perjalanan sekitar 1 jam dari pos Jambangan untuk sampai di Kalimati dengan trek yang tak begitu sulit. Pukul 15.00 kami akhirnya sampai juga di pos Kalimati. Pos Kalimati merupakan tempat camp yang direkomendasikan oleh pengelola kawasan gunung Semeru. Selain itu, Kalimati juga merupakan batas pendakian gunung Semeru, asuransi yang diberikan oleh pengelola cuma sampai Kalimati. Jadi, kalau kita mau naik sampai Mahameru, resiko ditanggung sendiri ya hehehe.

Inilah Pos Jambangan dengan pemandangan Mahameru

Pos Kalimati

Di sekitar Kalimati terdapat sumber mata air yang letaknya kira-kira 60 menit perjalanan bolak-balik. Lumayan jauh sih, medannya juga lumayan rumit. Tetapi disinilah mata air terakhir yang ada sebelum kita naik menuju Mahameru. Maka dari itu, bawalah botol air sebanyak-banyaknya agar kalian tidak bolak-balik untuk mengambil air mengingat tempatnya yang lumayan jauh dari Kalimati.  Setelah kami mengisi persediaan air, sholat, dan sedikit ngemil, kami melanjutkan perjalan menuju Arcopodo. Di Arcopodolah kami berencana mau ngecamp sebelum dinihari nanti kami melakukan summit attack. Mulai dari sinilah pendakian gunung Semeru yang sebenarnya dimulai. Medan untuk menuju Arcopodo sangatlah rumit dan curam. Hutan lebat mengelilingi jalur pendakian dengan sesekali jurang  yang menganga berada di sebelah kiri kami. Hari sudah mulai gelap, kami harus segera sampai di Arcopodo sebelum waktu maghrib tiba. Tepat pukul 17.50 kami akhirnya sampai juga di Arcopodo. Kami langsung mendirikan tenda dan segera memasak buat makan malam kami. Sungguh perjalanan yang hebat hari itu. Cuaca di Arcopodo pada saat itu cerah, akan tetapi angina bertiup begitu kencang. Tendapun kemungkinan kalo dalamnya tak terisi barang-barang bisa terlempar saking kencangnya angina pada waktu itu. Untungnya tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada malam itu sehingga kami bisa beristirahat dengan nyaman.

Sumber mata air di dekat Kali Mati
Pukul 01.00 dini hari kami bangun dan bersiap untuk summit attack. Ternyata di jam segitu sudah banyak pendaki yang mulai melakukan perjalanan menuju Mahameru. Kami pun tak mau kalah dengan mereka. Bermodal membawa 5 botol air minum ukuran 600ml, buah-buahan, roti dan coklat, kami mulai perjalanan menuju puncak tertinggi di Jawa, Mahameru. Perjalanan dinihari waktu itu dimulai dengan berjalan menyusuri hutan yang diteruskan dengan jalu berpasir yang gampang longsor. Ketika kami sampai di jalur berpasir inilah jalur terberat dari semua rangkaian perjalanan menuju Mahameru. Selain jalurnya yang super menanjak, setiap langkah kaki kami seakan tak berguna. Melangkah setengah meter, turun seperempat meter. Begitu seterusnya, rasanya kami sudah berjalan lama tapi kok gak sampai-sampai, desperate banget deh. Memang dari sini puncak Mahameru terlihat tak begitu jauh, cuma sekitar 700 meter. Akan tetapi tenaga dan waktu untuk mencapainya sungguh tak terduga. Baru separo perjalanan kami sudah mau menyerah, ya memang perjalanan yang sungguh teramat berat waktu itu. Tetapi kami tak mau menyerah begitu saja dengan rintangan ini. Dengan sisa-sisa tenaga kami berjuang untuk sampai di Mahameru ketika sun rise nanti. Sayang seribu sayang, kami tak mampu mengejar sun rise di Mahameru, kami hanya mampu menikmati sun rise di sepanjang jalur menuju Mahameru. Tak apalah, dari sini kami juga bisa menikmati sun rise gunung Semeru yang sangat indah. Akhirnya setelah pukul 06.45 kami sampai di pucak gunung Semeru, Mahameru dengan selamat.

Trek menuju Mahameru yang sangat-sangat sulit

Cuaca puncak Mahameru waktu itu sangat cerah, akan tetapi anginnya sangat kencang sehingga kami tak mampu berlama-lama di puncak. Setelah puas menikmati pesona puncak tertinggi di pulau Jawa dan berfoto-foto ria, kami memutuskan untuk turun lagi menuju Arcopodo. Waktu itu menunjukkan pukul 07.30 kami memulai untuk perjalan turun. Perjalanan turun kali ini terasa begitu kontras dengan perjalanan naik dinihari tadi. Kami turun cari Mahameru sampai di Cemoro Tunggal Cuma sekitar 45 menit. Lalur berpasir dengan sedikit bebatuan besar sungguh mengasikkan untuk tempat berlari-lari hehehehe. Tapi ini jangan ditiru ya kawan, ini contoh yang tidak baik. Pukul 09.30 kami sampai di Arcopodo lagi dan istirahat, tiduran. Kami tidak masak di pagi itu karena air yang kami bawa sudah hampir habis. Hanya bisa buat bekal perjalanan turun menuju Kalimati.

Mahameru :D

Pukul 12.30 kami mulai perjalanan turun menuju Kalimati. Perjalanan siang itu terasa begitu berat karena kami belum sarapan, hanya menghabiskan spageti yang kami masak waktu malam hari kemarin. Perut panas dan kaki pegal-pegal membuat perjalanan kembali ke Kalimati terasa begitu berat. Akhirnya setelah melakukan perjalanan yang begitu berat dan menyiksa, pukul 13.47 kami tiba juga di Kalimati. Kami istirahat sejenak di bawah pohon sambil menikmati pesona puncak Mahameru yang tadi pagi kami singgahi walau hanya sebentar. Setelah puas beristirahat, kami mulai untuk mengambil air lagi buat masak dan perjalanan turun menuju Ranu Kumbolo. Siang itu kami sangat nyaman istirahat di Kalimati berteduh di bawah rindangnya pohon-pohon sambil menikmati pemandangan hamparan luasnya Kalimati dan Mahameru yang menjulang gagah tepat di hadapan kami.

Kami mulai melangkah menuju Ranu Kombolo dari Kalimati sekitar pukul 16.15. Ya, sangat terlambat bagi kami untuk memulai perjalanan menuju Ranu Kumbolo sore itu. Alhasil belum juga kami sampai di Cemoro Kandang, waktu maghrib sudah tiba. Setelah berhenti sejenak, kami melanjutkan perjalanan di malam hari. Menembus luasnya Oro-Oro Ombo dengan ditemani cahaya senter dan cahaya bulan yang malu-malu menampakkan wujudnya membuat perjalanan malam itu terasa mencekam. Tak banyak obrolan sepanjang perjalanan malam itu, hanya deru nafas yang terdengar dari kami yang semakin lelah. Setelah lama kami berjalan, akhirnya pukul 19.30 kami sampai juga di Ranu Kumbolo dengan selamat.

Seperti biasa, Ranu Kumbolo selalu ramai dengan tenda dan orang-orang yang ingin menikmati pesona gunung Semeru. Kami langsung mendirikan tenda dan masak buat makan malam kami. Malam itu adalah malam terindah bagi kami. Ditemani ribuan bintang yang bertaburan di luasnya langit dan luasnya Ranu Kumbolo dengan ombak-ombak kecilnya membuat hati ini terasa tenang, nyaman dan bersyukur akan nikmat dan Anugrah-Nya. Malam itu seakan kami gak mau tidur, gak rela melepasin malam terakhir kami di Ranu Kumbolo yang begitu indah. Akan tetapi rasa capek kami mengalahkan semua itu. Akhirnya kami tertidur dan berharap bisa menikmati sun rise esok paginya.
Saat-saat terakhir di Ranu Kumbolo
Sinar natahari mulai menyingsing dari celah bukit yang mengelilingi Ranu Kumbolo. Ya, hari itu hari senin, 2 September 2013, kami menikmati indahnya sun rise di Ranu Kumbolo. Dingin tak menjadi masalah bagi kami untuk berfoto-foto ria di Ranu Kumbolo, dan hari ini merupakan hari terakhir bagi kami untuk berpetualang di gunung Semeru. Seakan-akan di hari itu kami tak mempunyai beban hidup apapun, seakan kami terlepas dari hiruk pikuk kehidupan mahasiswa kedinasan. Kami bebas maungapain aja di hari itu. Sampai-sampai kami terlambat lagi untuk turun ke Ranu Pane.

Perjalanan dari Ranu Kumbolo sampai Ranu Pane membutuhkan waktu 4 jam. Tetapi kami memulai perjalanan dari Ranu Kumbolo sekitar jam 16.30. Ya terpaksa deh nanti terjebak malam seperti perjalanan kemaren, dari Kalimati menuju Ranu Kumbolo. Sampai di pos 3 waktu maghrib sudah datang. Kami istirahat sejenak dan menyiapakan senter dan headlamp kami. Malam itu terasa sepi sekali, maklum kayaknya kami adalah pendaki terakhir yang turun ke Ranu Pane pada hari itu. Cuma sesekali berpapasan dengan kelompok-kelompok pendaki yang mau ke Ranu Kumbolo. Perjalanan malam itu terasa sangat lama. Perasaan takut menghinggapi kami ber 5. Kami berjalan berdekatan dan terus mengobrol agar komunikasi diantara kami tidak terputus. Akhirnya setelah menempuh perjalanan yang lama dan menyeramkan kami sampai juga di pos registrasi Ranu Pane sekitar pukul 19.30. Kami langsung mengurus laporan bahwa kami telah sampai di Ranu Pane dengan selamat dan setelah itu langsung pesan makanan di warung dekat pos registrasi.

Rencana kami selanjutnya adalah pergi ke Bromo. Malam itu kami langsung cari jeep sewaan yang bisa mengantar kami ke Bromo. Setelah negosiasi yang lumayan lama akhirnya kami menyepakati harga Rp 800.000 dan kami diizinkan untuk bermalam di rumah si pemilik jeep. Meskipun kami tidur di ruang tamu gak papa sih yang penting kami aman dan besok dini hari bersiap untuk berpetualang di Bromo hehehe.


Busway Bidara CIna – P. Senen                                   3500
Kereta Matarmaja                                                       130.000
Mobil stasiun Baru – pasar Tumpang                            20.000/orang
Truk pasar Tumpang – Ranu Pane                                35.000/orang
Registrasi                                                                    10.000/orang

You Might Also Like

2 komentar

  1. keren banget bang, pengen banget ke semeru tp blm yakin kuat atau gak sampe puncak

    ReplyDelete
  2. Baru pertama kali trekking ke gunung Semeru ,sungguh pengalaman yang luar biasa .ranu kumbolo yang jernih menjadi sumber air minum untuk kami.dan yang paling luar biasa adalah puncak mahameru di ketinggian di atas 3000 mdpl, sesekali erupsi membuat semuanya menjadi pemandangan yang sangat sempurna.sungguh ciptaan tuhan yang luar biasa

    ReplyDelete