CATATAN PERJALANAN GUNUNG SLAMET 3428 MDPL
October 22, 2013Merah Putih Puncak Slamet |
Selasa,
17 September 2013, sehabis shalat Isya di masjid kampus Sekolah Tinggi Ilmu
Statistik, kami ber-10 (Ardi, Kak Salim, Wisnu, Adnan, Fahmi, Ayu, Nia, Kak
Shindy, Kak Tiwi, Tyas) berangkat menuju Stasiun Pasar Senen untuk memulai
perjalan kami ke Puncak Gunung Slamet, puncak tertinggi Jawa Tengah. Perjalanan
kami ke stasiun diawali dengan kegalauan yang luar biasa besar, yaitu memilih
antara naik busway atau taksi. Saat itu waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB,
sedangkan kereta yang akan mengantar kami ke Porwokerto berangkat dari Pasar
Senen pukul 21.15. Waktu yang tersisa cuma 1 jam 15 menit untuk sampai di
stasiun. Kalau naik taksi kami takut kalau nanti terjebak macet di perempatan
Matraman dan Salemba yang tentunya akan memakan waktu yang lama. Maka dari itu
kami memutuskan untuk naik busway dengan tarif 3500 per orang. Setelah menunggu
sekitar 20 menit bus yang kami nanti tak kunjung datang, kegalauan kami pun
memuncak, takut kalau ketinggalan kereta. Setelah memikirkan banyak
pertimbangan kami akhirnya memutuskan untuk keluar dari shalter busway dan
memilih naik taksi. Akan tetapi nasib sial menghampiri kami. Tak lebih dari 2
menit setelah kami keluar dari shalter, 3 busway lewat dan 2 diantaranya kosong.
Aduuuuhhhh sialnya nasib kami.
Kumpul di halaman STIS untuk persiapan menuju stasiun Pasar Senen |
Kami
pun tak lama-lama larut dalam kesedihan, kami langsung mencari taksi menuju
Stasiun Pasar Senen. Akan tetapi kesialan kami tak berhenti disini. Ternyata
taksi yang membawa saya, kak Salim, dan Wisnu, sang sopir ternyata ngantuk
berat. Dia kerap lepas kontrol ketika menyetir. Kulihat dari sepion depan, dia
sering ketiduran ketika menyetir, aduuhh bahaya ni. Tidak Cuma itu yang ku
khawatirkan, laju taksi kami pun terkesan lambat. Akhirnya setelah perjuangan
yang hebat dan kesabaran ekstra kami sampai di stasiun Senen pukul 20.55 WIB.
Alhamdulillah dalam perjalanan kami tak terjebak macet di tempat-tempat yang
awalnya kami khawatikan akan macet parah.
Akhirnya pukul 21.15 kereta yang
kami tunggu-tunggu tiba juga. Butuh waktu 5,5 jam untuk sampai di Stasiun
Porwokerto. Pukul 02.35 kami akhirnya sampai di stasiun. Setelah istirahat
sebentar dan mencari carteran mobil, pukul 04.00 kami melanjutkan perjalanan ke
basecamp Desa Bambangan. Dengan biaya Rp 25.000 per orang kami menggunakan
mobil bak terbuka menuju Desa Bambangan. Dalam perjalanan menuju Bambangan kami
singgah di Masjid Muhammad Cheng Hoo untuk melaksanakan Shalat Subuh. Yang
menarik dari masjid ini adalah Arsitekturnya. Arsitektur masjid ini persis
dengan Klenteng-klenteng Konghucu dengan warna merah kuning khas bangunan Cina.
Nuansa gelap dalam masjid membuat masjid ini semakin eksotis dan sakral. Tak
usah memakan waktu lama untuk kami sholat disini karena waktu yang sudah
menunjukkan pukul 05.00, dan kami harus segera sampai di Bambangan.
Carter mobil pick-up dari stasiun Porwokerto menuju Desa Bambangan |
Setelah selesai shalat, perjalanan
kami lanjutkan kembali. Ternyata jalan menuju Desa Bambangan sangatlah
ekstreem, kelokan tajam dan tanjakan tak terhitung jumlahnya menjadi bumbu
penyedap perjalan pagi kami. Akhirnya setelah kami pegal duduk di bak mobil dan
menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam, pukul 05.46 kami sampai juga di Desa
Bambangan. Tak perlu menunggu lama bagi kami untuk memulai perjalanan menuju
puncak Slamet. Setelah selesai mengurus perijinan, sarapan dan menyiapkan
logistik, akhirnya kami pukul 08.25 kami mulai mendaki.
Pintu gerbang pendakian gunung Slamet via jalur Bambangan |
Pendakian kali ini tersa begitu
berat karena kebetulan sumber mata air di gunung Slamet yang biasanya kita
temui di temui di pos 5 saat itu kering. Sehingga mau tidak mau kami harus
membawa bekal air yang lumayan banyak dari basecamp untuk persediaan minum dan
masak. Awal perjalanan menuju puncak Slamet diawali dengan melewati lahan
perkebunan warga dan dilanjutkan dengan hutan pinus yang luas sebelum kita sampai
di pos 1. Pukul 10.03 kami akhirnya sampai juga di pos 1. Butuh waktu kurang
lebih 2 jam perjalanan untuk mencapai pos 1 dari basecamp Bambangan. Jarak
antara basecamp dengan pos 1 memang merupakan jarak terjauh daripada jarak
antar pos yang lainnya. Sengatan matahari merupakan kendala utama menuju pos 1.
Untuk masalah jalur, belum banyak tanjakan sepanjang jalur menuju pos 1. Tetapi
kalian tetap hati-hati ketika musim kemarau jalur ini licin karena banyak
batu-batu kecil sepanjang trek sehingga membuat kita mudah tergelincir.
Perjalanan dari basecamp menuju pos 1 |
Tak perlu terlalu lama kami istirahat
di pos 1 karena ini baru awal perjalanan dan masih panjang perjalanan kami hari
ini. Pukul 10.13 kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2. Medan yang kami
hadapi sekarang berbeda dari medan sebelumnya. Tanjakan curam dan hutan yang
lebat merupakan menu utama perjalanan setelah pos 1. Memang butuh fisik yang
prima dan motivasi yang kuat untuk mendaki gunung Slamet. Trek yang hanya
menyuguhkan tanjakan dan tanjakan tak ada bonus sedikitpun selama perjalanan ke
puncak membuat perjalanan kami terasa berat. Tapi inilah tantangan yang harus
kita taklukkan demi sebuah impian mencapai puncak tertinggi Jawa Tengah.
Akhirnya setelah melakukan
perjalanan yang cukup menguras tenaga, pukul 11.35 kami sampai juga di pos 2
(WALANG). Perjalanan yang melelahkan dari basecamp sampai pos 2 ternyata
membuat perut kami terasa lapar. Tanpa pikir panjang lagi kami memutuskan untuk
membuat roti bakar dan melaksanakan sholat jamak Dhuhur dan Asar di pos 2.
Memang lokasi pos dua ini cukup luas dan datar, sehingga cocok utuk istirahat
dan masak. 1 jam 25 menit kami istirahat di pos 2. Setelah perut kenyang, pukul
13.00 kami melanjutkan kembali perjalanan menuju puncak Slamet.
Pos 2 Walang, tempatnya lumayan luas |
Trek yang kita lewati dari pos 2
menuju pos 3 semakin terjal dan hutan di kanan-kiri kita semakin rimbun. Jarak
pos 2 ke pos 3 tak sejauh pos 1 menuju pos 2, hanya butuh waktu 1,5 jam. Pukul
14.33 kami telah sampai di pos 3 (CEMARA). Tak perlu istirahat lama di pos 3
kami langsung melanjutkan perjalanan menuju pos 4 mengingat hari sudah hampir
sore. Nuansa perjalanan pos 3 menuju pos 4 masih sama seperti perjalanan pos 2
menuju pos 3, hanya menyuguhkan tanjakan terjal dan hutan lebat di sekeliling
kita. Pukul 15.38 dengan sisa-sisa tenaga, kami sanpai di pos 4 (SMARANTU). Pos
4 ini sebenarnya lumayan luas tetapi nuansa pos ini terlihat seram, beda dengan
pos-pos lain. Entah itu karena pohon-pohon besar menutupi pos ini atau memang
benar mitos-mitos tentang pos 4 Samarantu ini. Kami tak terlalu lama beristirahat
disini, mengingat hari sudah semakin sore dan perjalanan kita masih jauh untuk
sampai di pos 7.
Pos 3 |
Pos 4 |
Trek dari pos 4 menuju pos 5 sudah
mulai berdebu dan hutan yang kita lewati sudah mulai kering. Akan tetapi
tanjakan curam masih menjadi bumbu utama perjalanan menuju pos 5. Pukul 16.17
kami sampai di pos 5 (MATA AIR). Sesuai namanya, di pos 5 ini terdapat mata air
yang letaknya tepat di bawah pos 5. Akan tetapi mata air ini akan kering ketika
puncak kemarau seperti ketika kami melakukan pendakian kali ini. Pos 5 ini
biasanya menjadi salah satu lokasi untuk nge-camp para pendaki sebelum
melakukan summit attack besok paginya. Disamping lokasinya yang lumayan luas,
di pos 5 ini terdapat pondok yang lumayan besar, bisa buat 2 tenda di dalamnya.
Akan tetapi kekurangan nge-camp di pos 5 adalah waktu yang dibutuhkan untuk sampai
di puncak adalah sekitar 4 jam. Sehingga kita harus berangkat dini hari untuk
mendapat sun rise di puncak Slamet.
Trek pos 4 menuju pos 5 |
Pondok pos 5, bisa untuk ngecamp sebelum summit attack |
Pukul 16.55 kami melanjutkan
perjalanan menuju pos 6. Sepanjang trek menuju pos 6, kiri-kanan kita adalah
hamparan hutan yang sudah kering. Debu semakin tebal di sepanjang jalur ini.
Jarak antara pos 5 ke pos 6 tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu 35 menit
untuk sampai di pos 6 (SAMYANG RANGKAH). Karena hari mulai gelap, kamipun
sesegera mungkin untuk melanjutkan perjalanan. Baru berjalan 15 menit, waktu
maghrib sudah tiba. Kamipun istirahat sejenak untuk mendengarkan azan Maghrib.
Tak kami sangka, ternyata kumandang azan masih terdengar di ketinggian lebih
dari 2800 meter ini. Sungguh nikmat yang tak terkira dai ini semua.
Melepas lelah di pos 6 |
Pukul 03.00 dini hari kami semua
bangun untuk persiapan summit attack. Setelah semua persiapan summit attack
selesai di packing, mulai minum, snack, buah dan roti (cukup bawa 1 tas
daypack) kami mulai perjalanan ke puncak Slamet. Kami masih harus melewat 2 pos
lagi untuk sampai di puncak Slamet. Jalan yang kita lewati untuk sampai di pos
8 masih tak beda dengan jalur pos 6 menuju pos 7. Masih melewati jalur air
dengan sekelilingnya hutan yang tidak begitu lebat. Setelah sampai di pos 8,
sampai juga kita di jalur berpasir bercampur dengan bebatuan kecil yang mudah
longsor. Hati-hati dalam menginjak bebatuan, bisa-bisa batu yang kita pijak
akan longsor dan bisa melukai orang di belakang kita. Jarak pos 8 ke pos 9
tidaklah jauh, hanya butuh 20 menit untuk sampai di pos 9.
Suasana di dalam pos 7 |
Perjalanan menuju puncak Slamet |
Rintangan sebenarnya dalam summit
attack kali ini adalah setelah pos 9. Inilah rintangan terakhir kami untuk
sampai di puncak Slamet. Tanjakan yang curam dan medan yang berupa bebatuan
kecil-kecil bercampur pasir yang mudah longsor membuat kami kesulitan untuk
melangkah. Setelah hampir 1,5 jam berjalan dari pos 9, akhirnya kami sampai di
puncak Slamet, tepatnya pukul 05.56 WIB. Alhamdulillah, meskipun kami tak
mendapatkan sun rise di puncak, kami masih bisa menikmati indahnya pagi di
puncak Slamet. Di puncak Slamet kami dapat melihat puncak Gunung Ciremai di
sebelah barat, puncak Sindoro dan Sumbing yang saling berhimpitan di sebelah timur,
dan dataran tinggi Dieng yang letaknya tak jauh dari gunung Sindoro. Kebetulan
pagi itu hanya kami ber 10 lah yang berada di puncak Slamet. Kami bebas
berfoto-foto ria di puncak tanpa ada gangguan dari kelompok lain.
Akhirnya pukul 07.45 kami mulai
turun dari puncak. Matahari ulai menyengat kulit ketika kami turun puncak.
Medan yang curam dan mudah longsor membuat kami ekstra hati-hati dalam
perjalanan turun dari puncak menuju pos 7. Tak jarang kami terpeleset karena
bebatuan kecil yang kami injak longsor.
Puncak Surono Gunung Slamet |
Tim pendakian gunung Slamet by GPA CHEBY |
Pukul 09.30 kami akhirnya sampai
juga di pos 7. Kami langsung masak untuk sarapan kita. Mengingat hari sudah
siang dan kami jam 8 malam harus sudah berada di stasiun Porwokerto, kamipun
harus cekatan dan sesegera mungkin untuk melakukan perjalanan turun. Setelah
selesai sarapan yang tentunya dengan menu yang sangat nikmar (karena kelaparan)
kami langsung packing. Akhirnya pukul 11.00 kami telah beranjak dari pos 7.
Perjalanan turun memang tak seberat
perjalanan naik, tetapi kehati-hatian tetap di perhatikan. Tak jarang kami
terpeleset karena jalan berkerikil yang licin dan berpasir. Debu juga menjadi
kendala utama ketika kami melakukan perjalanan turun, maklum waktu kami naik
Slamet ketika puncak musim kemarau, jadi tanahnya kering dan berdebu.
Setelah melakukan perjalanan yang
panjang, akhirnya kami tiba di basecamp Bambangan pukul 16.00. Di basecamp kami
langsung mandi dan melaksanakan sholat jamak Dzuhur dan Asar. Karena kami
dikejar waktu keberangkatan kereta, pukul 17.30 kami segera meninggalkan
Bambangan dengan menyarter mobil carry dengan biaya per orang 30.000. Dengan
waktu tempuh hampir 2 jam, pukul 19.20 kami akhirnya tiba juga di stasiun
Porwokerto. Kereta kami datang pukul 20.15, masih ada waktu buat kami untuk
melaksanakan kewajiban kami shalat Maghrib dan Isya.
Pukul 02.30 dini hari kami akhirnya
tiba di Jakarta dengan selamat. Pendakian Gunung Slamet kali ini Alhamdulillah
berjalan dengan sukses tanpa ada suatu halangan yang berarti.
Taksi (Bidara Cina - P.Senen) 10.000 per orang
Kereta Bisnis (promo) JKT-PWKT 40.000
Pick-up Stasiun-Bambangan 25.000
Nyewa mobil Bambangan-Stasiun 30.000
Kereta Ekonomi PWKT-JKT 50.000
Angkot Jatinegara-Bidara Cina 3.000
Total 158.000
Taksi (Bidara Cina - P.Senen) 10.000 per orang
Kereta Bisnis (promo) JKT-PWKT 40.000
Pick-up Stasiun-Bambangan 25.000
Nyewa mobil Bambangan-Stasiun 30.000
Kereta Ekonomi PWKT-JKT 50.000
Angkot Jatinegara-Bidara Cina 3.000
Total 158.000
9 komentar
saya mau bertanya mengenai pendakian, kalo boleh minta no telponnya, kirimke email saya wearfuture@gmail.com
ReplyDeletee-mail aja ke haedar.ardi@yahoo.co.id
Deletemaaf min boleh minta no telp carter mobil kol gundulnya.
ReplyDeleteaku gak punya nomernya, ntar di stasiun ada kok. Mereka entar nawarin mobilnya
DeleteNice Artikel nice Trip ..
ReplyDeleteMampir juga ya di Blog ane --> Mendaki Bukit Kaba
Bisa minta info untuk jalur blambangan saat ini, apakah sudah dibuka jalurnya untuk pendakian sampai puncak?...trims ,salam lestari
ReplyDeleteGan, apakah waktu summit semua peralatan dan tenda d tinggal? Dan ga ada masalahkan?
ReplyDeleteatau sewa pemandu untuk jaga barang2 kita saat summit?
Kampus idaman aneeee....STIS
ReplyDeleteKampus idaman aneee...stis
ReplyDelete