Jika aku teringat akan perjuanganku dan teman-teman
melakukan perjalanan dari Muntilan ke Gemolong, tak tahan hati ini untuk menekan
gejolak emosi nan syahdu. Berjibaku dalam bus selama 3-4 jam, keringatpun
bercucuran membasahi tubuh kami. Bus ekonomilah kompatriot kami dalam melakukan
perjalanan Muntilan-Gemolong. Meskipun terasa begitu berat, kami saling bahu
membahu untuk meringankan rasa berat dalam perjalan kami dengan candaan khas
anak-anak SBBS Magelangan.
Minggu jam 1 PM di perempatan Tambakan. Jam dan di tampat
itulah kami berkumpul. Kami menunggu satu sama lain sampai semua personil SBBS
Magelangan lengkap. Dengan naik bus Semarang-Jogja kami mengawali rangkaian
perjalanan menuju ke Gemolong Sragen. Banyak hal menarik ketika kami memilih
bus yang mau kita naiki. Kami gak mau naik bus yang jelek, mesipun kernet dan
kondektur bus tersebut merayu-rayu kami. Dan apa yang kita lakukan saat itu??
Yang kita lakukan saat itu adalah pura-pura tidak melihat hahaha. Karena
terlalu jengkel ato entah mengapa, kadang-kadang ada kertet yang
mengumpat-umpat ke kami. Tetapi, tetap dengan muka polos kami tak menghiraukan
kata-kata yang terucap dari mulut mereka.
Perjalanan Muntilan-Jogja membutuhkan waktu 45 menit.
Tujuan kami adalah terminal Giwangan yang terletak di bagian timur-selatan
Jogjakarta. Pengamen silih berganti meramaikan bis yang pada hakekatnya sudah
ramai dengan hiruk pikuk penumpang yang berjubel. Yahh, inilah kehidupan.
Berbagai cara dilakukan untuk memperoleh rupiah demi rupiah demi menjamin hari esok.
Dari sekian banyak pengamen yang naik turun bus, ada satu pengamen yang selalu
saya ingat. Biasanya dia naik di perepatan bantul sebelum perempatan
Parangtritis. Dia berpakaian kumal sobek-sobek dan selalu menyanyikan lagi
Yogyakarta. Lagu itu terasa indah di telingaku. Entah mengapa itu terjadi,, aku
gak paham.
Di termina Giwangan, kami oper bus jurusan Surabaya. Kami
nggak mau naik bus jurusan Solo yang busuk. Udah busuk, panas, mahal, lambat,
padet lagi #ngenes. Layaknya terminal-terminal umumnya, di terminal Giwangan
juga banyak calo maupun kernet bus yang tanya kemana jurusan kami, kamipun tanpa
bertele-tele dengan tegasnya menjawab SURABAYA biar bisa naik bus Sumber
Kencono maupun Eka yang ber ac. Beda cerita kalo kita jawab mau ke SOLO, ntar
kami disuruh naik bus jurusan Solo yang busuk itu. Oh my God, gak tahan gue
kalo naik bus jurusan Solo.
Biasanya, perjalanan Jogja-Solo kami habiskan dengan
tidur di bus. Waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan ini adalah sekitar 1,5 – 2
jam. Banyak hal terjadi selama 3 tahun kami melakukan perjalanan ini. Salah
satu yang paling ku ingat adalah ketika kami naik bus sumber kencono. Ketika
itu kami sedang enak-enaknya tidur, tiba-tiba di lampu merah ada orang mengamuk
sambil menggedor-nggedor pintu bus sopir. Orang itu mencacimaki dan marah-marah
sama sopir bus. Entah apa sebabnya saya gak begitu paham, mungkin bus yang saya
naiki ugal-ugalan dan tanpa sengaja ataupun dengan disengaja, bus ini
membahayakan pengendara lain. Kejadian membahayakan dengan bus Jogja-Surabaya
sering kualami, entah itu mau menabrak motor yang mau nyebrang, ataupun nyalip
kendaraan lain dengan mengambil bahu jalan terus kebingungan karena terpepet
oleh kendaraan lain. Tapi entah mengapa saya dan teman-teman tidak kapok naik
bus ini, malah kami merasakan sensasi tersendiri yang jarang kami temui.
Biasanya kami sampai di terminal Tirtonadi Solo sekitar pukul
14.00 . Dengan sempoyongan kami berjalan menyusuri kerasnya hiruk pikuk
kehidupan terminal menuju ujung utara terminal, yaitu tempat mangkalnya bus
jurusan Solo-Kalijambe. Ukuran bus Solo-Kalijambe tidak sebesar bus
Jogja-Surabaya, bus ini biasanya disebut engkel kalo di tempatku. Perjalanan
Solo-Gemolong merupakan perjalanan terakhir kami ke SBBS. Tetapi, jangan salah
coy, jalur Solo-Gemolong itu waaaah banget pokokman, offroad banget deh. Selain
jalannya kaya offroad, sopir-sopir bus ini menurut saya punya banyak nyawa
cadangan deh. Gila coy, masa klakson dari Solo sampai Gemolong tu selalu bunyi
terus. Kendaraan yang mengganggu laju bus ini harus dan diwajibkan turun dari
aspal untuk memberikan bus ini jalur, meskipun kendaraan itu berada di jalur
yang berlawanan. Semuanya harus turun!! Apa yang bisa kalian bayangkan tentang
nasib kan kondisi psikologis kami di dalam bus??? Adrenalin kami langsung
overproduction coy, sambai detak jantung kami dalam satu menit 120 kali lebih
#alay. Perjalan yang menyiksa itu kami tempuh dalam waktu hampir 1 jam. Serasa
mau mampus coy, mungkin udah ¾ mati hahaha.
Sekitar pukul 5 pun kami akhirnya sampai di kota
Gemolong, dan kami pun turun di depan soto kuali pak JOYO. Tiap mangkuk soto
hanya berharga 2 ribu coy, gilaaak, murahkan? Dan setiap kami makan disitu,
kami biasanya hanya menghabiskan uang 7 ribu, dan kamipun serasa gak bisa jalan
karena kekenyangan. Akhirnya, dengan berjalan kaki sekitar 15 menit, kami telah
sampai di sekolah tercinta, SBBS. :D