Liburan akhir semester genap
kelas 1 SMA telah tiba, inilah waktu yang ditunggu-tunggu oleh anak-anak JUMPO
PACKER. Akhirnya waktu kami untuk melakukan ekspedisi ke Gunung Sindoro yang
terletak di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah datang juga.
Nonton pertandingan bola sambi ngomprong congor |
Kami,
anggota Jumpo Packer (Ardi, Okas, Okes, Gilang, Fajar, dan Pak Rudi) harus
menempuh perjalanan yang lumayan jauh untuk ke desa Kledung, Temanggung. Kami
berangkat dari Muntilan naik bus Jogja-Semarang dan turun di terminal Tidar
Magelang dengan ongkos 2500 per orang. Setelah itu kita naik mini bus
Magelang-Wonosobo untuk sampai di desa Kledung. Ongkosnya per orang 6000. Oh my
ghosh... Minibus magelang-wonosobo yang kami naiki sangat ekstreem, serasa naik
jetkoster. Kernet minibus ini tidak pernah
mingkem mulutnya. Setiap kendaraan yang menghalangi laju minibus ini selalu
diteriaki agar minggir. Saking kencangnya laju minibus ini apa mungkin saking
tuanya minibus ini saya gak tau, sampai-sampai kaki saya kepanasan serasa
dipanggang akibat mesinnya puaanaaassee ppuuoolll (padahal saya udah pake
sandal lho).
Kami
sampai di desa Kledung sekitar jam 4.30 sore. Sesampainya disana kami langsung
disuguhi pertandingan sepakbola antar RT yang diwarnai pertikaian antar pemain
(maklum Indonesia) hehe. Suasana desanya sangat asri, terletak diantara gunung
Sindoro dan gunung Sumbing.
Malam
pukul 21.00 kami mulai berangkat untuk memulai perjalanan ke puncak. Tetapi,
perjalanan kali ini agak berbeda karena kami bersama dengan para polisi dan tim
sar. Para polisi dan timsar ini mau mengevakuasi korban yang masih berada di
puncak. Tanpa terduga-duga (karena komandan tim ini tidak tau), kami diikutkan
menjadi tim sar (timsar gadungan) haha. Kami mendapan nasi bungkus, pop mie,
dan minuman dari pak kepala polisi Temanggung. Lumayan buat nambah perbekalan
hehe.
Nonton Sun rise bersama Jumpo Packer |
Perjalanan
yang kami tempuh untuk sampai kepuncak Gunung Sindoro sangatlah panjang. Waktu
menuju pos pertama, perjalanannya agak tersendat karena banyaknya tim sar dan
polisi yang ikut evakuasi. Gak tau, ini tu lebay atau emang berpengalaman atau
cai sensasi. Ada beberapa polisi yang membawa senjata laras panjang ke gunung,
padahal kalian tahu sendiri senjata laras panjang itu beratnya minta ampun (paleng
orangnya maco ya). Teori seleksi alam itu memang benar, setelah sampai di pos
ke 4 hanya segelintir orang yang sanggup untuk melanjutkan. Seperti biasa. Kami
(JUMPO PACKER) istirahat di tengah-tengah perjalanan untuk menikmati sebungkus
mie rebus dan segelas kopi hangat untuk menghangatkan badan kami. Suasana yang
sunyi dan hanya diterangi cahaya dari bulan membuat kami serasa menyatu dengan
alam. Alangkah nikmatnya jika kita menyatu dengan alam (Makanya go green :D).
Karena kami menganggap puncak gunung tinggal sedikit lagi dan waktu masih
menunjukkan pukul 01.45, kami memutuskan untuk tidur sejenak. Tanpa pikir
panjang kami langsung terkapar di dekat semak-semak tanpa takut kalau ada ular
atau harimau atau mungkin kalajengking. (padahal waktu turun dan meihat tempat
kami tidur tadi, samping semak-semak itu sudah jurang). Setelah pukul 02.30
kami melanjutkan perjalanan kami.
Puncak Sindoro |
Setela
puku 03.30 kami sudah keluar dari hutan dan sudah memasuki zona berbatu. Kami
pun harus lebih waspada agar tidak keruntuhan batu-batu besar (kalau kerikilsih
gak papa *sok oye). Tetapi anggapan kami bahwa puncah gunung tinggal sedikit lagi
itu salah kaprah, pukul 05.00 kami belum juga sampai di puncak gunung. Akhirnya
kami memutuskan untuk berhenti dan solat Subuh terlebih dahulu. Setelah itu
kami mendapatkan tempat yang bagus untuk
menikmati sun rise. Subhanallah, betapa agung kekuasaan-Nya. Mulai dari gunung
merapi, merbabu, andong, telomoyo, ungaran bahkan gunung lawupun terlihat dari
sini.
Kamipun
melanjutkan perjalanan kami. Pukul 06.00... Oh My Ghosh... Kami belum juga
sampai di puncak. Kamipun akhirnya tidur dan makan lagi sambil berjemur (maklum
dingin banget).
Pemandangan dari sisi yang berbeda |
Akhirnya
pkul 07.10 kami tiba di puncak gunung Sindoro. Uiiihh.. Kawahnya luarbiasa
luasnya. Tetapi, yang ingin kami tuju adalah lokasi dari mayat yang mau
dievakuasi. Kamipun melanjutkan perjalan lagi untuk melihatnya. Ternyata
mayatnya ada di puncak yang satunya. Mengerikan, mayatnya tinggal
tulang-tulangnya saja, itupun sudah beserakan tengkorak, tulang punggung dan
kakinya sudah berserakan dimana-mana. Mengapa mayat ini dulunya tidak
diketahui? Mungkin karena mayat ini tidak berbau dan terletak di tengah
semak-semak. Kan dipuncak gunung itu udaranya sangat dingin, jadi mayat itu
tidak menimbulkan bau *ngeles haha.
Setelah
itu, kami pun turun ke kawah gunung ini. Jalan untuk menuju kawah sangatlah
membahayakan, turunan tajam dan berbatu, lebarnya cuma setengah meter dan
dalamnya kawah ini sekitah 20 meter, jadi kalau kita jatuh ya udah, kami ikut
di evakuasi deh hehe. Jika di musim enghujan, kawah ini seperti danau, kawah
ini terisi oleh air. Tetapi waktu itu musim kemarau, jadinya gak ada air deh (ada
1 sumber mata air dikawah ini, tapi Cuma kecil). Setelah kami puas
keliling-keliling puncak, kamipun buat mie rebus lagi untuk mengisi perut kami.
Pukul
09.00 kami pun mulai untuk perjalan turun gunung. Tapi sebelum turun, kami
mencari bunga edelweis atau bunga abadi. Katanya, bunga ini jika kami kasihkan
pada si pijaan hati, sipujaan hati akan luluh tahluk seketika. Bunga ini tidak
akan layu meskipun tidak ditanam atau tidak diberi media apaun. Jadinya kalu
kita ngasih bunga edelweis kepada sang pujaan hati lebih baik berkata “semoga
cinta kita tidak ernah layu seperti bung ini” (idiiihh sok swit wkwk).
Tulang punggung dan lengan korban |
tengkorak korban |
Perjalan
turun gunung terasa begitu cepat, kami sampai di base camp pukul 13.00. Dan
Kamipun langsung pulang. Sampai di rumah pukul 15.30 dengan selamat sentausa
menghantakan rakyat Indonesia ke depan pintugerbang kemerdekaan.
Pemandangan dari puncak gunung Sindoro |